Belajar Menertawakan Diri Sendiri ala Gus Dur
http://www.ansortrenggalek.or.id/2019/02/belajar-menertawakan-diri-sendiri-ala.html
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah tokoh yang paling diingat
humor-humor cerdasnya, tentu saja selain jasanya yang luar biasa dan
pemikirannya yang cemerlang. Membaca humor-humor Gus Dur tidak lain
ialah bagaimana seseorang belajar menertawakan diri sendiri.
Di
tengah persoalan yang banyak mendera bangsa, tidak sedikit yang
mengatakan kenapa Gus Dur justru banyak melucu? Bagi sebagian orang,
berhumor terkesan tidak serius, tetapi bagi Gus Dur humornya adalah
keseriusannya. Sehingga persoalan serius kerap selesai dengan sendirinya
lewat humor.
Seperti ketika Gus Dur dihadapkan
dengan persoalan gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang
mengibarkan bintang kejora. Banyak yang mengecam bendera OPM tersebut.
Namun, Gus Dur mengatakan kepada para ajudannya bahwa bendera-bendera
tak ubahnya umbul-umbul. “Anggap saja itu umbul-umbul,” kata Gus Dur.
Saat
menjabat sebagai Presiden, banyak juga yang menolak keputusan Gus Dur
karena mengizinkan kegiatan Kongres Papua yang identik dengan
gerakan-gerakan makar. Bagi Gus Dur, keinginan masyarakat Papua harus
ditampung. Hal ini yang tidak banyak mendapat perhatian dari pemerintah.
Justru
kegiatan tersebut bisa menjadi sarana atau wadah bagi pemerintah RI
untuk menampung aspirasi masyarakat Papua, juga sebagai sarana
memberikan penjelasan terhadap program-program pemerintah. Bagi
masyarakat Papua, kehadiran negara penting. Sebab itu, langkah Gus Dur
untuk mewujudkan kerinduan masyarakat Papua akan kehadiran negara.
Kilas
humor-humor Gus Dur tak lekang di makan zaman karena sarat konteks.
Bahkan masyarakat bisa belajar banyak dari humor-humornya. Misal ketika
di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa terjadi konflik. Konflik ini seakan
tak menemui titik ujung sehingga tidak sedikit menguras elemen-elemen
yang ada di dalamnya.
Diceritakan oleh KH Maman Imanulhaq dalam buku Fatwa dan Canda Gus Dur
(2010), cucuk KH Hasyim Asy’ari terseut tetap memperlihatkan optimisme
tinggi kepada para kadernya. Mereka menyadari bahwa setiap konflik
menyimpan banyak pendewasaan terhadap diri seseorang.
Gus
Dur memandang seluruh masalah dengan optimisme. Menurutnya, masalah itu
dibagi menjadi tiga; ada yang bisa diselesaikan dengan cepat, ada yang
bisa diselesaikan tetapi lambat, dan ada yang tidak bisa diselesaikan.
Sebab itu, serahkan semuanya kepada Allah, tawakaltu ‘alallah.
Gus
Dur pun menegaskan bahwa yang benara ialah penyelesaian masalah bukan
pemecahan masalah. Karena kalau pemecahan, maka satu masalah bisa
‘pecah’ jadi beberapa masalah. Karenanya, kata Gus Dur, partai ini
banyak dikatakan orang sebagai PKB, yaitu Partai Konflik Berkepanjangan.
Seketika,
orang-orang di sekelilingnya tertawa mendengar plesetan kepanjangan
tersebut. Mereka memang sedih mendengarnya, tetapi campur bahagia karena
salah satu keistimewaan Gus Dur ialah mampu menertawakan kekurangannya
sendiri. Sudahkah Anda menertawakan diri sendiri hari ini?
Sumber : NU Online