Adakah Pakaian Islami?

Oleh : Afrizal El Adzim Syahputra, Lc., MA
(Pengurus PC GP Ansor Trenggalek)

Dalam pembahasan Bab Pakaian Rasulullah saw, Syekh Yusri, seorang Mursyid Thariqah dan Dokter ahli bedah di Mesir menjelaskan bahwa Beliau saw semasa hidupnya memakai pakaian sederhana dan yang biasa dipakai oleh Masyarakat saat itu pada umumnya. Beliau memakai pakaian apa yang ada saat itu dari berbagai Negara , baik dari Qatar, Syam, Persia, Mesir, Romawi dan lain sebagainya. Jadi tidak ada istilah pakaian islami, Sehingga yang disebut dengan pakaian yang mengikuti sunnah adalah pakaian yang mengikuti adat kebiasaan setempat pada masanya. Bahkan seandainya Nabi saw hidup pada zaman sekarang, maka beliau akan memakai Jas lengkap dengan Dasinya.
 
      Ketika Syekh Yusri mengisi pengajian di Masjid al Azhar Cairo, beliau seringkali memakai jas dan dasi karena beliau adalah dokter bedah. Setelah bertugas sebagai dokter di Rumah Sakit, seringkali beliau langsung berangkat ke Masjid untuk menyampaiakan pengajian tanpa ganti pakaian terlebih dahulu, sehingga ketika menyampaikan pengajian, beliau masih memakai baju jas lengkap dengan dasi dan celananya. Kemudian salah seorang murid pengajian beliau yang kebetulan seorang pengacara, merekam video pengajian beliau tersebut. Sang murid bercerita bahwa saudarinya yang tinggal di Riyadh , Arab Saudi bermimpi melihat Rasulullah saw di kursi yang diduduki oleh Syekh Yusri tersebut dan menyampaikan pengajian di majlis itu dengan memakai setelan Jas lengkap dengan dasi, padahal saudari sang pengacara itu belum pernah melihat video pengajian Syekh Yusri yang direkam oleh saudaranya. Dan tidak menutup kemingkinan seandainya Rasulullah saw diturunkan di Negara Indonesia, khususnya di Tanah Jawa, maka belia pasti akan pernah memakai blangkon dan sarung

      Sholat jama'ah yang dilakukan di Masjid di Mesir juga tidak semuanya memakai jubah, ada bebrapa yang memakai celana jeans, bahkan celana jeans di sana merupakan pakaian yang idel untuk musim dingin, karena celana jeans itu tebal dan bisa digunakan untuk meminimalisir aura dingin. Dalam melaksanakan sholat pun, para wanita mesir tidak pernah memakai mukena sebagaimana wanita Indonesia, sebab mukena itu hanya pakaian sholat yang ada di negara tertentu saja. Wanita mesir cukup memakai pakaian yang seperti jubah untuk melaksanakan ibadah sholat. Di daerah Eropa juga tidak mengenal istilah sarung ataupun blangkon atau pakaian pakaian lain yang dipakai oleh mayarakat Indonesia, mereka banyak yang memakai pakain jeans dan ditambah lagi dengan menggunakan sepatu yang tebal ketika keluar rumah pada waktu musim dingin. Mengapa demikian ? Karena musim dingin di Eropa bisa mencapai divawah nol derajat, sehingga membutuhkan pakaian yang tebal umtul melindungi tubuh dari hawa dingin

       Menurut Gus Mus,, dewasa ini, umat Indonesia cenderung mengenakan pakaian gaya Arab; berjubah putih, berserban, dan memelihara jenggot. Mereka menyangka, kata dia, yang demikian itu merupakan salah satu ittiba’ (mengikuti jejak) Nabi Muhammad. Mereka kira, pakaian yang mereka pakai itu pakaian Kanjeng Nabi. Padahal, jubah, serban, sekalian jenggotnya, itu bukan pakaian Kanjeng Nabi. Abu Jahal juga begitu, karena itu pakaian nasional (Arab). Kanjeng Nabi sangat menghormati tradisi tempat tinggalnya. Buktinya ia memakai pakaian Arab. Nabi tidak membikin pakaian sendiri untuk menunjukkan bahwa dia Rasulullah saw. Seandainya, kalau Rasulullah itu lahir di Texas, mungkin pake jeans. Makanya Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), saya, make pakaian sini (Jawa); pake batik,”

        Bahkan walaupun seorang ulama atau kyai, tapi Cak Nun selalu berpakaian seperti layaknya orang biasa. Bisa dikatakan tidak ada bedanya dengan penjual batu akik, buruh pabrik atau sales kaos kaki. Menurutnya, senadainya beliau datang mengisi pengajian dengan berpakaian gamis dan sorban, memang tidak ada salahnya. Cuman beliau takut semua orang akan berkesimpulan bahwa beliau lebih pandai daripada yang lain. adi sebenarnya sunnah Rasul yang paling mendasar adalah Akhlaknya bukan kostumnya. Orang yang disukai Tuhan adalah orang yang menyebut dirinya buruk, biso rumongso, nggak rumongso biso. Orang yang diragukan keihklasannya adalah orang menyebut dirinya baik. Semua nabi mengaku dirinya dzolim : (aku termasuk orang yang dzolim). Nggak ada nabi yang mengaku dirinya sholeh. Kalau ada orang yang mengaku paling benar atau alim, maka perlu ditanyakan tentang kealimannya.

Related

Artikel 6781438523026604674

POPULER

Arsip

KALAM HIKMAH

KEBENARAN YANG HARUS KITA IKUTI
Allah ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Barangsiapa yang menaati Allah dan rasul, maka mereka itulah orang-orang yang akan bersama dengan kaum yang diberikan kenikmatan oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada’ dan shalihin. Dan mereka itu adalah sebaik-baik teman.”
(QS. an-Nisaa’: 69).


Total Tayangan Halaman

item