Adakah Pakaian Islami?
http://www.ansortrenggalek.or.id/2019/03/adakah-pakaian-islami.html
Oleh : Afrizal El Adzim Syahputra, Lc., MA
(Pengurus PC GP Ansor Trenggalek)
(Pengurus PC GP Ansor Trenggalek)
Dalam pembahasan Bab Pakaian
Rasulullah saw, Syekh Yusri, seorang Mursyid Thariqah dan Dokter ahli
bedah di Mesir menjelaskan bahwa Beliau saw semasa hidupnya memakai
pakaian sederhana dan yang biasa dipakai oleh Masyarakat saat itu pada
umumnya. Beliau memakai pakaian apa yang ada saat itu dari berbagai
Negara , baik dari Qatar, Syam, Persia, Mesir, Romawi dan lain
sebagainya. Jadi tidak ada istilah pakaian islami, Sehingga yang disebut
dengan pakaian yang mengikuti sunnah adalah pakaian yang mengikuti adat
kebiasaan setempat pada masanya. Bahkan seandainya Nabi saw hidup pada
zaman sekarang, maka beliau akan memakai Jas lengkap dengan Dasinya.
Ketika Syekh Yusri mengisi pengajian di Masjid al Azhar Cairo,
beliau seringkali memakai jas dan dasi karena beliau adalah dokter
bedah. Setelah bertugas sebagai dokter di Rumah Sakit, seringkali beliau
langsung berangkat ke Masjid untuk menyampaiakan pengajian tanpa ganti
pakaian terlebih dahulu, sehingga ketika menyampaikan pengajian, beliau
masih memakai baju jas lengkap dengan dasi dan celananya. Kemudian salah
seorang murid pengajian beliau yang kebetulan seorang pengacara,
merekam video pengajian beliau tersebut. Sang murid bercerita bahwa
saudarinya yang tinggal di Riyadh , Arab Saudi bermimpi melihat
Rasulullah saw di kursi yang diduduki oleh Syekh Yusri tersebut dan
menyampaikan pengajian di majlis itu dengan memakai setelan Jas lengkap
dengan dasi, padahal saudari sang pengacara itu belum pernah melihat
video pengajian Syekh Yusri yang direkam oleh saudaranya. Dan tidak
menutup kemingkinan seandainya Rasulullah saw diturunkan di Negara
Indonesia, khususnya di Tanah Jawa, maka belia pasti akan pernah memakai
blangkon dan sarung
Sholat jama'ah yang dilakukan di Masjid di Mesir juga tidak
semuanya memakai jubah, ada bebrapa yang memakai celana jeans, bahkan
celana jeans di sana merupakan pakaian yang idel untuk musim dingin,
karena celana jeans itu tebal dan bisa digunakan untuk meminimalisir
aura dingin. Dalam melaksanakan sholat pun, para wanita mesir tidak
pernah memakai mukena sebagaimana wanita Indonesia, sebab mukena itu
hanya pakaian sholat yang ada di negara tertentu saja. Wanita mesir
cukup memakai pakaian yang seperti jubah untuk melaksanakan ibadah
sholat. Di daerah Eropa juga tidak mengenal istilah sarung ataupun
blangkon atau pakaian pakaian lain yang dipakai oleh mayarakat
Indonesia, mereka banyak yang memakai pakain jeans dan ditambah lagi
dengan menggunakan sepatu yang tebal ketika keluar rumah pada waktu
musim dingin. Mengapa demikian ? Karena musim dingin di Eropa bisa
mencapai divawah nol derajat, sehingga membutuhkan pakaian yang tebal
umtul melindungi tubuh dari hawa dingin
Menurut Gus Mus,, dewasa ini, umat Indonesia cenderung mengenakan
pakaian gaya Arab; berjubah putih, berserban, dan memelihara jenggot.
Mereka menyangka, kata dia, yang demikian itu merupakan salah satu ittiba’ (mengikuti jejak) Nabi Muhammad. Mereka
kira, pakaian yang mereka pakai itu pakaian Kanjeng Nabi. Padahal,
jubah, serban, sekalian jenggotnya, itu bukan pakaian Kanjeng Nabi. Abu
Jahal juga begitu, karena itu pakaian nasional (Arab). Kanjeng
Nabi sangat menghormati tradisi tempat tinggalnya. Buktinya ia memakai
pakaian Arab. Nabi tidak membikin pakaian sendiri untuk menunjukkan
bahwa dia Rasulullah saw. Seandainya, kalau Rasulullah itu lahir di Texas, mungkin pake jeans. Makanya Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), saya, make pakaian sini (Jawa); pake batik,”
Bahkan walaupun seorang ulama atau kyai, tapi Cak Nun selalu berpakaian
seperti layaknya orang biasa. Bisa dikatakan tidak ada bedanya dengan
penjual batu akik, buruh pabrik atau sales kaos kaki. Menurutnya, senadainya beliau datang mengisi pengajian dengan berpakaian gamis dan sorban, memang
tidak ada salahnya. Cuman beliau takut semua orang akan berkesimpulan
bahwa beliau lebih pandai daripada yang lain. adi sebenarnya sunnah Rasul yang paling mendasar adalah Akhlaknya
bukan kostumnya. Orang yang disukai Tuhan adalah orang yang menyebut
dirinya buruk, biso rumongso, nggak rumongso biso.
Orang yang diragukan keihklasannya adalah orang menyebut dirinya
baik. Semua nabi mengaku dirinya dzolim : (aku termasuk orang yang
dzolim). Nggak ada nabi yang mengaku dirinya sholeh. Kalau ada orang
yang mengaku paling benar atau alim, maka perlu ditanyakan tentang kealimannya.