Kisah Orang Jahat Diampuni Allah karena Merawat Anak Yatim
http://www.ansortrenggalek.or.id/2019/03/kisah-orang-jahat-diampuni-allah-karena.html
Dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub,
Imam Al-Ghazali pernah mengisahkan bahwa suatu ketika ada seorang pria
Basrah yang jahat di masa hidupnya, dan ketika meninggal tidak ada
satupun orang yang mau menshalati dan mengantarkan jenazahnya ke tempat
pemakaman.
Bahkan sang istripun sampai
membayar dua orang untuk memikul jenazah suaminya untuk dibawa ke
musholla, agar dishalati. Namun tidak ada seorangpun yang mau menshalati
jenazah suaminya tersebut, sehingga sang istripun membawa jenazah
suaminya tersebut ke lahan luas untuk dimakamkan.
Namun
tak jauh dari lahan luas yang menjadi tempat untuk memakamkan suaminya
tersebut, hiduplah seorang ahli ibadah yang rumahnya berada di atas
gunung. Sang istri seakan-akan melihat sang ahli ibadah tersebut turun
gunung untuk menshalati jenazah suaminya tersebut, yang dicap sebagai
orang jahat dan tidak ada yang mau mensholatinya, serta mengantar
jenazahnya ke tempat pemakaman.
Sang ahli
ibadah yang akhirnya turun gunung, dan berniat untuk menshalati jenazah
orang jahat tersebut didengar oleh para penduduk yang sebelumnya tidak
mau menshalati jenazah tersebut. Sehingga, kabar tentang turunnya sang
ahli ibadah yang berniat untuk mensholati jenazah orang jahat tersebut,
didengar oleh para penduduk. Banyaknya para penduduk yang mendengar
kabar tersebut, kemudian ikut untuk menshalati jenazah orang jahat itu.
Para
penduduk yang selesai menshalati jenazah tersebut merasa heran, dan
mempertanyakan apa yang menjadi sebab sang ahli ibadah mau turun gunung
untuk menshalati jenazah itu.
Sang ahli ibadah menjawab pertanyaan para penduduk tersebut, bahwasanya, “Aku
mendengar dalam mimpiku; turunlah ke si fulan, karena tidak seorangpun
yang mau menshalatinya. Maka shalatkanlah, sebab ia telah diampuni oleh
Allah SWT”.
Jawaban yang keluar dari
mulut sang ahli ibadah semakin membuat para penduduk penasaran, amalan
apakah yang telah dilakukan oleh almarhum yang merupakan seseorang yang
jahat dalam hidupnya, sehingga semua dosa-dosanya diampuni oleh Allah
SWT.
Kemudian sang ahli ibadah tersebut,
memanggil istri almarhum dan menanyakan perilaku suaminya semasa
hidupnya. Sang istri yang ditanya oleh sang ahli ibadah, menjawab, “Sebagaimana orang-orang ketahui, bahwa almarhum suami saya sehari-harinya hanya berbuat dosa dan selalu mabuk-mabukan”.
Mendengar
jawaban tersebut, sang ahli ibadah meyakinkan Istri almarhum untuk
mengingat lebih dalam lagi tentang perbuatan almarhum. “Cobalah anda teliti kembali, apakah ada amalan kebaikan yang pernah dilakukannya semasa hidup?”
Istri almarhum kemudian ingat dan menjawab, “Oh
ya, saya ingat. Ada tiga amalan kebaikan yang selalu dilakukan oleh
almarhum suami saya di masa hidupnya. Pertama, ketika dia sadar dari
mabuknya di waktu subuh, dia segera mengganti pakaiannya. Kemudian
berwudhu, dan ikut sholat berjama’ah subuh. Kedua, di rumah kami tidak
pernah sepi dari satu atau dua anak yatim, dan kebaikan almarhum suami
saya terhadap anak yatim melebihi kebaikannya terhadap anaknya sendiri.
Ketiga, suatu ketika almarhum pernah sadar dari mabuknya di tengah
malam, dia menangis dan berkata; ‘Ya Tuhanku, letak neraka jahannam
manakah yang engkau kehendaki untuk meletakkan orang terkutuk sepertiku
ini?"
Ketulusan dalam melakukan hal-hal
yang kadang dianggap sepele oleh sebagian orang seperti menyantuni anak
yatim dan merawatnya, justru malah menjadi pintu ampunan dari Allah SWT
bagi para hamba-Nya. Karena Allah SWT tidak memandang seberapa banyak
kita beramal, tetapi seberapa istiqomah dan tulusnya kita beramal untuk
sesama dan seberapa tulus kita beriman kepada-Nya. (Nur Hasan)
Sumber : NU Online