Peristiwa Isra' Mi'raj Rasulullah SAW
http://www.ansortrenggalek.or.id/2019/04/peristiwa-isra-miraj-rasulullah-saw_43.html
Afrizal El Adzim Syahputra, Lc.,
MA
(Pengurus PC GP Ansor Trenggalek)
Pada akhir bulan Rajab, terjadi
peristiwa besar dalam sejarah kenabian, yaitu Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw.
Isra’ Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw dalam waktu satu malam. Isra’ adalah kisah perjalanan Nabi Muhammad
dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Sedangkan Mi’raj
adalah kisah perjalanan Nabi dari bumi ( masjidil aqsa ) menuju ke langit
ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha, yang merupakan tempat paling tinggi dan tidak bisa dijangkau oleh manusia,
kecuali Rasulullah saw. Peristiwa ini terjadi sekitar
5 sampai 12 tahun pada malam Senin, tanggal 27 rajab setelah Muhammad saw
diutus menjadi rasul dan setahun sebelum Rasulullah saw melakukan hijrah ke
Madinah. Kisah Isra’ ini disebutkan
dalam firman Allah swt :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (1)
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
( QS Al Isra’ : 1 )
Sedangkan
kisah mi’raj dijelaskan dalam firman Allah swt :
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ
سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15) إِذْ يَغْشَى
السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى
مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (18)
“Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam
rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di
dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad saw melihat Jibril) ketika
Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad)
tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya
dia ( Muhammad saw ) telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya
yang paling besar.” ( QS An Najm : 13 – 18
)
Sebelum melakukan Isra’ Mi’raj,
Allah swt memerintahkan kepada Malaikat Jibril dan Mikail untuk membedah dada
dan mencucui hati Rasulullah saw. Lalu mengapa Allah swt memerintahkan Malaikat
Jibril dan Mikail untuk membedah dada dan mencuci hati Rasulullah? Bukankah beliau
adalah seorang yang ma’shum ? Ternyata alasannya adalah sebagai pelajaran bagi
kita selaku umatnya, bahwa membersihkan, merawat dan menghiasi hati adalah
pekerjaan utama yang harus didahulukan dari lainnya, sebagaimana Allah swt
mendahulukan pembedahan dan pencucian hati Rasulullah saw sebelum melakukan
perjalanan Isra’ Mi’raj.
Untuk menempuh perjalanan yang
sangat jauh ini, Rasulullah saw menggunakan kendaraan buraq. Buraq adalah
kendaraan super kilat yang dipakai oleh Rasulullah saw di dalam menempuh
perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha yang setiap langkahnya
sejauh mata memandang, seolah olah dia lari dengan kecepatan cahaya, bahkan
mungkin juga lebih cepat dari kecepatan cahaya. Lafadz “Buraq” berasal dari
kata “barqun” yang berarti kilat. Oleh sebab itulah, kecepatan lari buraq
sangat cepat bagaikan kilat. Buraq itu berbulu putih bersih dan berkaki empat, badannya tinggi, lebih besar dari keledai,
lebih kecil dari kuda dan tidak memiliki jenis jantan atau betina.
Ketika Rasulullah saw sampai di
Baitul Maqdis (Masjid al Aqsha), beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada
salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat
buraq di sana. Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril as, lalu masing-masing
melakukan sholat dua rakaat. Setelah itu, sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh
dengan sekelompok manusia yang ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus
oleh Allah swt. Seteah dikumandangkan
adzan dan iqamah, mereka berdiri bershof-shof seraya menunggu siapakah yang akan mengimami
mereka. Kemudian Jibril as memegang tangan Rasulullah saw lalu menyuruh beliau
untuk maju. Mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah saw sebagai imam.
Beliaulah Imam (Pemimpin) para Nabi dan Rasul.
Kemudian
beliau disertai dengan malaikat Jibril as melakukan Mi’raj, yaitu perjalanan
menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya
beliau saw berjumpa dengan Allah swt untuk mendapat perintah sholat lima waktu.
Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana
Allah swt memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah
ibadah yang sangat mulia ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemuliaan ibadah
sholat. Sebab perintah ibadah lainnya hanya dengan turunnya wahyu kepada
beliau, namun tidak dengan ibadah sholat. Allah swt memanggil hamba yang paling
dicintainya yaitu Nabi Muhammad saw ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Keesokan
harinya, setelah Rasulullah saw mengalami peristiwa Isra' dan Mi'raj, beliau
mengumpulkan orang-orang untuk menyampaikan tentang kabar tersebut. Bahkan pada
waktu itu, Orang Kafir Quraisy ingin menguji kebenaran peristiwa Isra' dan
Mi'raj dengan harapan Nabi Muhammad saw terbungkam dengan ucapannya sendiri.
Akhirnya Rasulullah saw menunjukkan kepada mereka dengan beberapa pertanda, di
antaranya adalah : Sampainya Kafilah kaum Quraisy sebelum terbenamnya Matahari.
Akan tetapi kala itu kedatangan Kafilah terlambat sehingga ditahanlah Matahari
tersebut (oleh Malaikat Jibril) hingga akhirnya mereka sampai.
Pertanda lain yang disebutkan dalam
Kitab-Kitab Hadits dan Siroh adalah penggambaran tentang Masjidil Aqsha dan
pintu-pintunya. Kala itu, Rasulullah saw memasuki Masjid Al-Aqsha di malam hari,
sehingga tidak bisa menggambarkan (menyifati) pintu pintunya, sebab beliau
belum pernah melihat sebelumnya. Manakala orang-orang Kafir meminta agar
Rasulullah menceritakan tentang sifat/bentuk
Masjid Al-Aqsha, maka Allah swt mengangkat Masjid Al-Aqsha ke penglihatan Nabi
Muhammad saw sehingga beliau bisa memberikan gambaran detail tentang Masjid
tersebut.
Isra’
Mi’raj merupakan peristiwa yang tidak pernah dialami oleh para Nabi dan Rasul
sebelumnya, oleh karena itulah peristiwa ini termasuk dari pada mu’jizar
Rasulullah yang terbesar setelah Al Qur’an. Tujuan utamanya adalah untuk
menerima perintah sholat lima waktu dan sebagai penghibur bagi Rasulullah saw
pasca kematian istri tercintanya, Khadijah. Disamping itu, peristiwa Isra’ Mi’raj
merupakan suatu pertanda bahwa pribadi Rasulullah saw di sisi Allah mempunyai
nilai kemuliaan dan kepribadian tinggi yang menjadi teladan bagi setiap
umatnya. Oleh karena itulah, peringatan Isra’ Mi’raj merupakan ungkapan rasa
syukur kepada Allah swt yang telah menurunkan perintah sholat lima waktu serta
menjadikan peristiwa itu termasuk dalam keistimewaan Rasulullah saw
dibandingkan dengan para Rasul dan Nabi yang lain.
Pertanyaan
: Mengapa Isra’ Mi’raj dilakukan pada malam hari ?
Jawaban
: karena Isra’ Mi’raj yang dilakukan pada malam hari memiliki beberapa hikmah,
diantaranya adalah : Pertama, waktu malam adalah waktu yang tenang dan
damai untuk melakukan pertemuan antara kekasih dengan kekasih. Kedua,
waktu malam adalah waktu yang sunyi dan waktu yang paling sesuai bagi hamba
Allah swt untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya. Hal ini sekaligus menolak pendapat
para filsafat yang menganggap bahwa waktu malam sebagai sumber kejahatan. Ketiga,
Untuk memperkuat iman orang orang mukmin dalam mengimani perkara perkara ghaib.