HARI SANTRI : SEBUAH REFLEKSI DAN PROYEKSI



Oleh : Habib Wakidatul Ihtiar*



Selamat Hari Santri Nasional !
Hari-hari ini kaum santri sedang berbahagia. Santri tengah bersuka ria merayakan peringatan Hari Santri Nasional. Sebetulnya, sudah sejak dahulu santri aktif menggelar perayaan dalam memperingati hari santri, baik di skala lokal maupun nasional. Namun sekarang peringatan hari santri terasa semakin mantab dan luar biasa.
Kini peringatan hari santri diperkuat dan diteguhkan dengan adanya penetapan dari pemerintah. Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 22 Tahun 2015 yang isinya menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Keputusan Presiden ini menjadi kado terindah bagi insan pesantren. Kini setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional.
Peringatan hari santri sesungguhnya mengandung nilai dan makna yang mendalam. Di samping untuk menunjukkan eksistensi dan jati diri kaum santri, peringatan hari santri juga berfungsi sebagai bahan refleksi dan proyeksi diri.
Hari santri seyogyanya menjadi sebuah momentum refleksi diri. Santri wajib merenungkan kembali seraya berintrospeksi sejauh mana hal positif yang sudah dilakukan, baik kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara. Selain itu, santri wajib melihat ke belakang guna membaca sejarah. Menghayati sejarah peranan dan perjuangan para kiai dan santri terdahulu. Perjuangan yang tidak kenal lelah, hingga rela mengorbankan nyawa demi agama dan bangsa.
Salah satu sumbangsih terbesar dari para kiai dan santri bagi bangsa ini ialah dengan dikeluarkannya fatwa Resolusi Jihad oleh Hadratussyech KH. Hasyim Asy’ari. Beliau beserta ratusan kiai dan ulama menggelorakan semangat juang membela bangsa dan negara. Hal ini sebagai bentuk respon terhadap agresi militer penjajah yang kedua yang hendak merongrong kemerdekaan Indonesia.
Resolusi Jihad memuat seruan bahwa setiap muslim wajib memerangi penjajah. Dan apabila ada pejuang yang gugur saat melawan penjajah termasuk gugur secara syahid. Hal ini memacu semangat masyarakat Indonesia untuk berjuang hingga titik darah penghabisan. Para kiai dan santri, beserta seluruh elemen bangsa lainnya, akhirnya mampu mengusir penjajah dan berhasil mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Semangat dan ruh perjuangan tersebut harus terus dijaga dan diimplementasikan oleh para santri. Dengannya, santri akan semakin matang dalam mengabdikan dirinya kepada agama, bangsa dan negara.
Selanjutnya, hari santri juga mesti dimaknai sebagai momentum membangun proyeksi. Sebagai insan yang mandiri dan visioner, santri dituntut untuk selalu siap menghadapi tantangan zaman. Santri wajib mempersiapkan diri dalam menyambut era milenialitas yang syarat akan hal-hal baru/kontemporer. Oleh karenanya, perlu ada visi dan misi kontekstual yang digagas oleh santri. Sehingga keberadaan dan peranannya senantiasa terjaga.
Banyak aspek yang harus dipersiapkan oleh santri dalam menyongsong era milenial ini. Di antaranya adalah : terus menjadikan akidah ahlussunnah wal jama’ah sebagai landasan dalam bertindak, adaptif dan selektif terhadap kemajuan zaman sesuai prinsip al-mukhafadzatu ‘alal qadimi shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah, selalu mandiri dan percaya diri dalam setiap situasi, serta aktif memunculkan inovasi-inovasi positif yang berguna bagi masyarakat luas.
Bagi kaum pesantren, berdialektika dengan kondisi sosial masyarakat sesungguhnya bukanlah hal yang asing. Kiai maupun santri kerap berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan masyarakat yang muncul dari fenomena sosial. Baik pertanyaan yang bersifat personal maupun kelompok.
Berbekal pengalaman dialektis tersebut, kaum santri dinilai siap mengahadapi setiap tantangan yang muncul. Dengan menetapkan visi dan misi yang tepat, niscaya kaum santri dapat menyongsong masa depan dengan gemilang. Wallahu a’lam.

*Penulis adalah Bendahara PAC GP. Ansor Trenggalek dan anggota Departemen Komunikasi dan Informasi PC GP. Ansor Kab. Trenggalek
 

Related

Artikel 5416067319541234123

POPULER

Arsip

KALAM HIKMAH

KEBENARAN YANG HARUS KITA IKUTI
Allah ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Barangsiapa yang menaati Allah dan rasul, maka mereka itulah orang-orang yang akan bersama dengan kaum yang diberikan kenikmatan oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada’ dan shalihin. Dan mereka itu adalah sebaik-baik teman.”
(QS. an-Nisaa’: 69).


Total Tayangan Halaman

item