Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Trenggalek

Selamat Datang di Blog Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Trenggalek

Selasa, 22 Juli 2025

Dakwah Humanis Ulama Nusantara, Warisan yang Harus Dijaga


Dalam perjalanan sejarah Islam di Nusantara, satu hal yang patut direnungkan adalah karakter dakwah para ulama yang lebih mengedepankan pendekatan budaya dan humaniora dibandingkan jalan pintas berupa vonis keagamaan atau fatwa yang kaku. Seperti yang disampaikan oleh Zulkarnaen Mahmud, Wakil Bendahara Umum PP GP Ansor, “Ulama di Nusantara sejak dulu tidak mudah mengeluarkan fatwa. Bahkan sejak era Wali Songo, mereka lebih memilih pendekatan yang mengedepankan pemahaman sosial dan budaya ketimbang menjatuhkan vonis atau label atas persoalan keumatan.”

Pernyataan ini bukan sekadar romantisme sejarah, melainkan cermin realitas yang telah dibuktikan oleh para wali dan kyai dalam membumikan ajaran Islam di tengah keragaman masyarakat Indonesia. Islam berkembang pesat di negeri ini bukan melalui pedang atau tekanan, tetapi melalui kearifan lokal, kesabaran, dan kecintaan terhadap umat. Wali Songo tidak langsung menolak budaya lokal, tapi mengisinya dengan nilai-nilai Islam—ini bukan kompromi aqidah, tetapi strategi dakwah.

Zulkarnaen juga menyoroti fenomena mengkhawatirkan di mana muncul tudingan sembrono, seperti menganggap ulama thariqah tidak memahami fikih. Ini adalah bentuk kegagalan memahami sejarah dan kontribusi besar tarekat dalam membentuk karakter keislaman yang moderat di Indonesia. Tarekat bukanlah aliran tanpa dasar hukum syar’i, justru banyak ulama fiqh besar yang juga merupakan mursyid thariqah. Penghinaan terhadap mereka bukan hanya bentuk pelecehan, tapi juga perusakan terhadap harmoni keislaman Indonesia.

Fenomena dakwah berbasis vonis seperti mengharamkan atau menyesatkan kelompok lain semakin menguat di era digital. Dakwah disederhanakan menjadi konten-konten provokatif yang mengejar viralitas alih-alih mendalamkan makna. Padahal, seperti dikatakan Zulkarnaen, “Islam di Indonesia besar bukan karena kanalisasi fatwa, tetapi karena pendekatan yang tidak melulu vonis haram dan sesat.”

Kita harus sadar bahwa kekuatan Islam Nusantara justru terletak pada pendekatannya yang inklusif, adaptif, dan kontekstual. Islam yang dibawa oleh para ulama kita adalah Islam yang merangkul, bukan memukul. Islam yang mengajak, bukan mengejek. Islam yang membimbing, bukan menghakimi.

Karena itu, warisan dakwah humanis ala Wali Songo dan para ulama Nusantara harus dijaga. Generasi muda harus belajar bahwa keberhasilan dakwah bukan pada seberapa banyak vonis dijatuhkan, tetapi seberapa besar umat tercerahkan dan terayomi. Jangan biarkan semangat dakwah warisan para kyai tergerus oleh semangat penghakiman yang dangkal dan sempit.



Penulis : Zulkarnaen Mahmud (Wakil Bendahara Umum PP GP. Ansor)
Editor : Tim Media BSA Trenggalek
Share:
Mengabdi Tanpa Batas, Berjuang Tanpa Lelah - Jiwa Ansor Menjaga Marwah Nahdlatul Ulama


Pengabdian adalah jalan panjang tanpa pamrih, di mana langkah kaki bukan semata-mata demi pujian, melainkan demi tegaknya nilai kebaikan dan terjaganya warisan perjuangan.


Di Gerakan Pemuda Ansor, setiap Keringat adalah Saksi, setiap Lelah adalah Amal, dan setiap Ikhtiar adalah Bukti Cinta kepada Agama, Bangsa, dan Tanah Air.


Jangan hitung apa yang telah diberikan, tapi hitunglah berapa banyak yang masih bisa diperjuangkan. Karena di medan dakwah dan pengabdian, hanya mereka yang berhati ikhlas dan berjiwa baja yang mampu bertahan.

Teruslah menyalakan Obor Semangat, sebab Ansor bukan hanya Nama, tapi Jiwa yang menanamkan Nilai 'Hubbul Wathan Minal Iman' dalam setiap Denyut Kehidupan

Terjemahkan

Sekolah Administrasi

Trenggalek, 5 Juli 2025 — Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PC GP. Ansor) Trenggalek menggelar kegiatan Sekolah Administrasi dan Upgrad...

Selamat Datang Sahabat

Arsip Blog

Sahabat Kita