Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Trenggalek

Selamat Datang di Blog Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Trenggalek

Sabtu, 19 Juli 2025

Mengenang Keteladanan KH. Muhammad Yunus: Ulama Istiqamah dari Jajar Trenggalek


Dalam sejarah pesantren dan dunia pendidikan Islam di Trenggalek, nama K.H. Muhammad Yunus atau yang akrab disebut Mbah Unus merupakan sosok yang tidak bisa dilupakan. Beliau adalah seorang ulama yang lahir di Dusun Ngelo, Desa Sukorame, Gandusari, Trenggalek pada tahun 1929 dan menjadi teladan dalam keistiqamahan, kesabaran, serta ketulusan dalam membina santri dan mengembangkan lembaga pendidikan Islam di daerahnya.

Jejak Keilmuan dan Pengabdian

Lebih dari 20 tahun K.H. Yunus menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, sebuah pesantren besar yang telah banyak mencetak ulama terkemuka di Indonesia. Sepulang dari Lirboyo, beliau tidak langsung kembali ke kehidupan biasa, melainkan atas dorongan para sesepuh, beliau diminta mendirikan madrasah diniyah di daerahnya. Madrasah tersebut berkembang pesat hingga menampung ratusan santri dari berbagai wilayah sekitar.

Pada tahun 1961, K.H. Yunus diambil menantu oleh Gus Qomaruddin, putra dari Kyai Badruddin Jajar, dan dinikahkan dengan Nyai Hj. Hilaliyah, adik dari Gus Qomar. Sejak saat itu, KH. Yunus pun menetap dan mengabdi di Pondok Pesantren Darussalam Jajar, Desa Sumbergayam, Kecamatan Durenan, Trenggalek.

Gaya Mengajar yang Unik dan Mendalam

Salah satu murid beliau, K.H. Sulaiman Zuhdi Ahmad dari Ngelo, Gandusari, mengenang bagaimana KH. Yunus mengajar dengan metode khas Lirboyo: taqrir dan murod. Beliau tidak sekadar membaca kitab, melainkan juga memberikan pemahaman makna (taqrir) dan maksud (murod) secara mendalam, hingga santri paham secara harfiah dan maknawiyah. Bahkan bagi santri yang kesulitan Bahasa Indonesia, seperti halnya KH. Qornen dari Kedunglurah, beliau tetap sabar membimbing agar mereka bisa menangkap isi pelajaran.

Beliau dikenal istiqamah mengajar di serambi Masjid Jajar. Uniknya, suara beliau terdengar jelas hingga ke santri yang berada di bagian paling pinggir serambi atau yang terhalang dinding sekalipun, padahal beliau tidak berbicara keras. Fenomena ini menjadi salah satu bentuk karamah dan kekhususan yang banyak disaksikan para santrinya.

Kesabaran dan Keteladanan

Kesabaran K.H. Yunus tampak jelas dalam mendidik para santri. Ketika K.H. Zuhdi muda kesulitan menghafal bait-bait Alfiyah Ibnu Malik, beliau tetap diberi kesempatan setoran meski harus menulis hafalan di belakang papan tulis agar bisa membacanya. Alih-alih dimarahi, K.H. Yunus justru menanggapi dengan sabar dan doa.

Dalam kehidupan sehari-hari, KH. Yunus dikenal sebagai pribadi yang sangat sederhana dan tidak banyak bepergian. Fokus utama beliau adalah membina santri dan menghidupkan madrasah. Namun sekitar awal 1970-an, beliau juga aktif ke sawah untuk merawat tanaman padinya sendiri — sebuah cermin dari kemandirian dan kesungguhan hidup beliau.

Warisan Keteladanan

K.H. Muhammad Yunus bukan hanya sosok guru, tetapi juga pengayom dan pembina yang membentuk karakter dan keilmuan para santrinya. Dari tangan beliau lahir para ulama dan kyai muda yang kini turut melanjutkan perjuangan dakwah dan pendidikan Islam di berbagai pelosok. Keistiqamahan, kesederhanaan, kedalaman ilmu, serta kesabaran beliau menjadi warisan paling berharga bagi umat.

Dalam kenangan para murid dan masyarakat, Mbah Unus adalah teladan ulama sejati. Hidupnya diabdikan untuk ilmu, untuk santri, dan untuk perjuangan menegakkan kalimat Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan maghfirah kepada beliau, serta menjadikan perjuangannya sebagai amal jariyah yang terus mengalir hingga hari kiamat. Aamiin.


Kontributor : Madkhan Jazuli 
Editor : Murdiyanto - BSA Trenggalek
.
Share:
Mengabdi Tanpa Batas, Berjuang Tanpa Lelah - Jiwa Ansor Menjaga Marwah Nahdlatul Ulama


Pengabdian adalah jalan panjang tanpa pamrih, di mana langkah kaki bukan semata-mata demi pujian, melainkan demi tegaknya nilai kebaikan dan terjaganya warisan perjuangan.


Di Gerakan Pemuda Ansor, setiap Keringat adalah Saksi, setiap Lelah adalah Amal, dan setiap Ikhtiar adalah Bukti Cinta kepada Agama, Bangsa, dan Tanah Air.


Jangan hitung apa yang telah diberikan, tapi hitunglah berapa banyak yang masih bisa diperjuangkan. Karena di medan dakwah dan pengabdian, hanya mereka yang berhati ikhlas dan berjiwa baja yang mampu bertahan.

Teruslah menyalakan Obor Semangat, sebab Ansor bukan hanya Nama, tapi Jiwa yang menanamkan Nilai 'Hubbul Wathan Minal Iman' dalam setiap Denyut Kehidupan

Terjemahkan

Sekolah Administrasi

Trenggalek, 5 Juli 2025 — Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PC GP. Ansor) Trenggalek menggelar kegiatan Sekolah Administrasi dan Upgrad...

Selamat Datang Sahabat

Arsip Blog

Sahabat Kita