Kaderisasi bukan sekadar proses formalitas, melainkan ruh yang menghidupkan organisasi. Melalui kaderisasi yang terencana dan berkesinambungan, GP. Ansor mampu mencetak kader-kader militan yang siap menghadapi berbagai tantangan, baik dalam konteks keagamaan, sosial, maupun kebangsaan. Kaderisasi juga menjadi wadah untuk menanamkan ideologi Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah agar tidak tercerabut oleh ideologi-ideologi radikal atau liberal yang merusak sendi-sendi persatuan bangsa.
Di era digital seperti saat ini, GP. Ansor dihadapkan pada tantangan besar: generasi muda yang cenderung individualis, terpapar hoaks, serta minim literasi ideologi kebangsaan. Oleh karena itu, kaderisasi harus dikemas secara kreatif, inovatif, dan adaptif dengan tetap mengedepankan nilai-nilai luhur yang menjadi warisan para pendiri NU.
Kaderisasi juga merupakan investasi jangka panjang bagi organisasi. Tanpa proses kaderisasi yang baik, organisasi akan mengalami stagnasi bahkan kemunduran. Kader yang terdidik dan terlatih adalah motor penggerak yang mampu menjaga marwah dan memperjuangkan visi-misi GP. Ansor dalam mewujudkan Islam rahmatan lil alamin dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh karena itu, setiap pimpinan di semua tingkatan, mulai dari Ranting, Pimpinan Anak Cabang (PAC), hingga Pimpinan Cabang (PC), harus menaruh perhatian serius terhadap kaderisasi. Kaderisasi harus menjadi prioritas program, bukan sekadar pelengkap agenda. Dengan kaderisasi yang kuat, GP. Ansor akan terus menjadi garda terdepan penjaga NKRI dan pelopor moderasi beragama di tengah masyarakat.
Referensi:
-
Hasyim, M. (2015). GP Ansor: Sejarah, Peran, dan Tantangannya. Jakarta: LKiS.
-
NU Online. (2021). GP Ansor: Merawat Kebangsaan dan Keislaman di Era Digital. Diakses dari www.nu.or.id
-
Abdul Mun’im DZ. (2019). Islam Nusantara dan Revitalisasi Gerakan Pemuda. Surabaya: Pustaka Pesantren.
Editor : Tim Media BSA Trenggalek