Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Trenggalek

Selamat Datang di Blog Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Trenggalek

Kamis, 04 September 2025

Berita Duka: Tarkiyat, Politisi Santri Nyentrik Trenggalek Tutup Usia


Trenggalek – Kabar duka menyelimuti keluarga besar Nahdlatul Ulama, GP Ansor, serta masyarakat Trenggalek. Tarkiyat, mantan anggota DPRD Kabupaten Trenggalek sekaligus mantan Pengurus PC GP Ansor Trenggalek, berpulang ke rahmatullah pada Kamis, 4 September 2025.

Almarhum dikenal sebagai sosok politisi muda yang sederhana, nyentrik, sekaligus santri sejati. Pria kelahiran Trenggalek, 31 Desember 1979 itu tak pernah melepaskan identitas ke-santri-annya. Penampilannya khas: bersongkok lusuh yang ia sebut “keramat” dan bersarung ke manapun pergi, menjadi ciri kuat yang melekat hingga akhir hayatnya.

“Jika rapat resmi ya tetap pakai safari, nanti dikira saya sableng,” ujarnya suatu kali sambil terkekeh.

Meski duduk di kursi DPRD, ia menolak berpenampilan necis berlebihan. Menurutnya, wakil rakyat harus selalu membumi, tidak menciptakan jarak dengan masyarakat kecil.

“Konstituen saya itu ada yang tani, kuli panggul tanah, tukang becak, bahkan bakul sayuran keliling,” ungkapnya.

Sikap sederhana itu lahir dari pengalaman pribadinya. Ia pernah dihentikan warga seusai rapat dewan, namun urung diajak bicara hanya karena masih memakai pakaian resmi kantor. Peristiwa itu membuatnya bertekad tampil sederhana selepas seremoni: dengan sarung dan songkok peninggalan gurunya, Mbah Muslim Rifa’i Imampuro (Mbah Lim), pengasuh Pondok Pesantren Al Mutaqien Pancasila Sakti Klaten.

Baginya, penutup kepala bukan sekadar pelengkap busana. “Seorang santri yang tidak menggunakan tutup kepala sering diledek, seperti ungkapan ‘rai ketan’,” tuturnya. Filosofinya jelas, songkok adalah pengingat agar pikiran tetap bersih, hati terpaut pada zikir, dan selalu menjaga etika santri.

Songkok lusuh itu ia yakini menyimpan karomah dari gurunya. “Memakai songkok ini adalah kebanggaan, dengan songkok ini saya selalu teringat untuk tawadhu’ dan mengabdi,” tegasnya.

Selain politisi, almarhum juga dikenal sebagai pengusaha perabotan dapur yang sukses. Namun, identitasnya sebagai santri dan murid Mbah Lim lebih menonjol dalam keseharian. Ia kagum pada gurunya yang selalu menegaskan slogan “NKRI Harga Mati”, sebuah prinsip yang juga diwariskan dan dijaga oleh Tarkiyat sepanjang hidupnya.

Kepergian Tarkiyat meninggalkan duka mendalam, khususnya bagi keluarga besar NU, GP Ansor, dan masyarakat Trenggalek yang pernah ia wakili di parlemen. Ia dikenang bukan hanya sebagai politisi, tetapi juga santri yang teguh menjaga warisan nilai dan etika dalam kehidupan berbangsa dan beragama.

Selamat jalan, Tarkiyat. Semoga amal ibadahmu diterima Allah SWT, dan segala pengabdianmu menjadi cahaya penerang di alam keabadian.



Kontributor : @Myanto.id
Editor : Tim Media BSA Trenggalek
Share:

Rabu, 03 September 2025

Maulid Nabi Muhammad SAW: Momentum Cinta dan Teladan Rasulullah


Pendahuluan

Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan peringatan hari kelahiran Rasulullah SAW, yang biasanya jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal dalam kalender Hijriyah. Umat Islam di berbagai belahan dunia memperingati maulid dengan berbagai bentuk kegiatan, seperti pembacaan shalawat, ceramah keagamaan, kajian sirah nabawiyah, hingga kegiatan sosial. Peringatan ini bukan sekadar tradisi, melainkan sarana untuk mengingat, meneladani, dan memperkuat kecintaan kepada Rasulullah SAW.


Dalil Al-Qur’an tentang Kelahiran dan Kemuliaan Rasulullah SAW

  1. Kehadiran Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam

    وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

     “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.”

    (QS. Al-Anbiya [21]: 107)

    Ayat ini menegaskan bahwa kehadiran Nabi Muhammad SAW adalah anugerah besar dari Allah untuk seluruh manusia dan alam semesta. Dengan memperingati maulid, umat Islam mengekspresikan rasa syukur atas nikmat terbesar ini.

  2. Perintah untuk bergembira atas karunia Allah

    قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ ۖ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

     “Katakanlah (Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dengan itu hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”

    (QS. Yunus [10]: 58)

    Ulama menafsirkan bahwa rahmat Allah yang paling besar adalah diutusnya Rasulullah SAW. Maka bergembira dalam peringatan maulid Nabi termasuk bagian dari pengamalan ayat ini.


Dalil Hadits tentang Peringatan dan Kecintaan kepada Nabi

  1. Kecintaan kepada Nabi sebagai bagian dari iman
    Rasulullah SAW bersabda:

    “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.”
    (HR. Bukhari dan Muslim)

    Hadits ini menunjukkan pentingnya kecintaan kepada Rasulullah. Maulid menjadi momentum untuk menumbuhkan cinta tersebut melalui pengenalan kisah hidup dan teladannya.

  2. Nabi Muhammad SAW berpuasa pada hari Senin karena hari kelahirannya

    Dari Abu Qatadah, Nabi SAW ditanya tentang puasa hari Senin. Beliau menjawab:
    “Itu adalah hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau diturunkan wahyu kepadaku.”
    (HR. Muslim no. 1162)

    Hadits ini menjadi dasar bahwa memperingati hari kelahiran Nabi dengan cara-cara yang baik adalah sesuatu yang dianjurkan.


Hikmah Peringatan Maulid Nabi

  1. Menguatkan cinta dan rindu kepada Rasulullah SAW dengan membaca shalawat, mendengarkan kisah perjuangan, dan meneladani akhlaknya.

  2. Menyatukan umat melalui kegiatan keagamaan dan sosial.

  3. Meningkatkan syiar Islam dengan menumbuhkan semangat dakwah dan amal shalih.

  4. Media pendidikan generasi muda agar mengenal sejarah Nabi sejak dini.


Pandangan Ulama tentang Maulid

  • Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Husn al-Maqsid fi ‘Amal al-Maulid menjelaskan bahwa peringatan maulid Nabi termasuk bid’ah hasanah (amal baik yang tidak bertentangan dengan syariat).

  • Ibnu Hajar al-‘Asqalani, ulama hadits terkemuka, menyatakan bahwa memperingati maulid dengan kegiatan baik seperti membaca Al-Qur’an, memberi makan fakir miskin, dan shalawat adalah amal yang berpahala.


Kesimpulan

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan tradisi yang memiliki dasar kuat dari Al-Qur’an, hadits, dan pandangan ulama. Bukan sekadar acara seremonial, tetapi sebagai sarana untuk menumbuhkan kecintaan, meneladani akhlak, dan memperkokoh iman umat Islam. Dengan memperingati maulid, kita bersyukur atas diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam.


Referensi

  1. Al-Qur’an al-Karim.

  2. Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.

  3. Imam As-Suyuthi, Husn al-Maqsid fi ‘Amal al-Maulid.

  4. Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari.

  5. M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis, (Lentera Hati, 2011).

  6. KH. Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Amaliah Maulid Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2010).



Penulis : Murdiyanto (Ketua BSA Trenggalek)
.
Share:
Mengabdi Tanpa Batas, Berjuang Tanpa Lelah - Jiwa Ansor Menjaga Marwah Nahdlatul Ulama


Pengabdian adalah jalan panjang tanpa pamrih, di mana langkah kaki bukan semata-mata demi pujian, melainkan demi tegaknya nilai kebaikan dan terjaganya warisan perjuangan.


Di Gerakan Pemuda Ansor, setiap Keringat adalah Saksi, setiap Lelah adalah Amal, dan setiap Ikhtiar adalah Bukti Cinta kepada Agama, Bangsa, dan Tanah Air.


Jangan hitung apa yang telah diberikan, tapi hitunglah berapa banyak yang masih bisa diperjuangkan. Karena di medan dakwah dan pengabdian, hanya mereka yang berhati ikhlas dan berjiwa baja yang mampu bertahan.

Teruslah menyalakan Obor Semangat, sebab Ansor bukan hanya Nama, tapi Jiwa yang menanamkan Nilai 'Hubbul Wathan Minal Iman' dalam setiap Denyut Kehidupan

Terjemahkan

Sekolah Administrasi

Trenggalek, 5 Juli 2025 — Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PC GP. Ansor) Trenggalek menggelar kegiatan Sekolah Administrasi dan Upgrad...

Selamat Datang Sahabat

Arsip Blog

Sahabat Kita